Kebanyakan kegagalan kita dalam berhubungan antar manusia adalah karena salah
pengertian. Kita berharap orang lain beraksi dan memberikan respons serta
mencapai kesimpulan yang sama seperti kita dari serangkaian fakta atau keadaan.
Mengakui
ketulusan orang lain ketika keliru, ketimbang menganggapnya sengaja atau
berniat jahat, akan membantu melancarkan hubungan antar manusia dan melahirkan
pengertian yang lebih baik diantara mereka.
Tanyakanlah
kepada diri sendiri ”Bagaimanakah hal ini tampaknya bagi dia?” “Bagaimanakah ia
menafsirkan situasi ini?” “Bagaimanakah perasaannya tentang hal ini?”.
Cobalah mengerti mengapa ia bersikap seperti itu.
Seringkali
kita ciptakan kebingungan ketika kita tambahkan opini kita sendiri terhadap
fakta-fakta yang ada dan sampai pada kesimpulan yang keliru (fakta versus
opini).
Fakta:
Dua orang teman sedang berbisik-bisik dan berhenti ketika Anda datang
Opini:
Pasti mereka sedang menggosipkan aku (reaksi negatif)
Jika
Anda dapat menganalisa situasi secara tepat dan dapat memahami bahwa tindakan
kedua teman Anda itu bukanlah dimaksudkan untuk menjengkelkan Anda, maka
niscaya Anda pun dapat memilih respons yang lebih tepat dan produktif.
Kita
harus dapat melihat kebenaran dan menerimanya, entah baik atau buruk.
Seringkali kita warnai data yang diperoleh dengan ketakutan, kecemasan, atau
hasrat kita sendiri.
(Posted by : Akhmad Sudrajat: Gambaran Kepribadian)
Sumber
:
Maxwell Maltz. 2004. The New
Psycho-Cybernetics. (alih bahasa:Arvin Saputra, editor Lyndon Saputra).
Batam: Interaksara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar