Tampilkan postingan dengan label guru penggerak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label guru penggerak. Tampilkan semua postingan

Selasa, 19 April 2022

Tugas Modul 3.1.a.7 Demonstrasi Kontekstual – Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran.

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya, Nawa Djaka Soesila guru di SMP N 3 Jatiyoso, Kab. Karanganyar, Propinsi Jawa Tengah yang mengikuti Program Guru Penggerak Angkatan 4 Tahun 2021. Pada kesempatan kali ini saya akan menjawab beberapa pertanyaan pada Tugas Modul 3.1.a.7 Demonstrasi Kontekstual – Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Salam Guru Penggerak! • Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah/lingkungan asal Anda? Saya akan mentransfer dan menerapkan pengetahuan yang saya dapatkan di program guru penggerak ini di sekolah dengan cara : 1. Melakukan kegiatan sosialisasi tentang pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah 2. Mengajak guru-guru untuk berlatih menerapkan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah dengan contoh berbagai kasus 3. Mengajak guru-guru untuk untuk dapat menerapkan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah • Apa langkah-langkah awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran? Langkah-langkah awal yang akan saya lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan pemimpin pembelajaran adalah : 1. Mengidentifikasi permasalahan Apa, siapa dan bagaimana atau sebab akibat permasalahan itu muncul? 2. Membedakan jenis permasalahan Permasalahan yang muncul termasuk dilema etika atau bujukan moral 3. Tindak lanjut Jika permasalahan yang muncul termasuk dilemma etika kita lanjutkan proses pengambilan keputusan dengan memperhatikan 4 paradigma dilema etika dan 3 prinsip pengambilan keputusan. 4. Pengambilan dan Pengujian Keputusan Saya harus memastikan bahwa keputusan yang saya ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian dengan menerapkan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Pengujian tersebut untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pengambilan keputusan secara etis. • Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa. Saya akan menerapkan 4 garis besar langkah-langkah yang saya sebutkan tadi pada minggu depan, hari Senin, tanggal 25 April 2020. Jadwal kegiatan akan saya catat di buku agenda saya. • Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif. Yang akan menjadi pendamping saya dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran adalah rekan kerja dan kepala sekolah. Sebagai permulaan saya akan mengajak kolaborasi 2 orang guru, yang lebih tua dan lebih muda dari saya agar mendapatkan 2 cara pandang dari segi umur yang nantinya akan kita utamakan kesamaan cara pandang mereka. Dengan cara tersebut proses pengambilan keputusan akan lebih tepat dan efektif. Demikian jawaban saya dalam demonstrasi konstektual – pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Kurang lebihnya mohon maaf. Semoga bermanfaat. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Senin, 07 Februari 2022

Tugas Modul 1.4 Budaya Positif

LAPORAN AKSI NYATA Modul : 1. 4 Budaya Positif Nama Peserta: Nawa Djaka Soesila, S. Pd Kelas : 042 A. LATAR BELAKANG Budaya positif harus ditumbuhkembangkan di kelas dan sekolah, karena Budaya positif mengandung nilai-nilai, keyakinan-keyakinan dan kebiasaan-kebiasaan di sekolah yang berpihak pada murid agar murid dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggungjawab, mandiri, dan merdeka. Membangun budaya positif membutuhkan strategi, pendekatan dan komitmen semua pihak. Dalam rangka menumbuhkembangkan budaya positif ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahap Pertama sekolah melakukan refleksi atas penerapan disiplin yang dilakukan selama ini. Bagaimanakah strategi sekolah dalam praktik disiplin tersebut? Apakah selama ini sekolah sungguh-sungguh menjalankan disiplin, atau melakukan sebuah hukuman?. Salah satu strategi yang perlu ditinjau ulang adalah bentuk disiplin yang selama ini dijalankan di sekolah, dimana pembiasaan positif yang diterapkan bukan disiplin positif, namun masih menganut sistem penghargaan dan hukuman. Tahap Kedua sekolah harus memikirkan kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan seorang murid, dan menerapkan disiplin positif. Model disiplin yang dibangun harus berpusat pada siswa. Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik murid untuk melakukan kontrol diri dan pembentukan kepercayaan diri. Murid mampu menggali potensinya menuju kepada sebuah tujuan, sesuatu yang dihargai dan bermakna, mengontrol diri, menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai yang dihargai. Kesepakatan atau keyakinan kelas harus terbentuk sebagai acuan dalam penerapan disiplin positif dan budaya positif di kelas. Tahap ketiga guru memposisikan diri sebagai “manajer” dalam penerapan disiplin dan menerapkan pendekatan segitiga restitusi. Pendekatan ini dilaksanakan untuk mengembangkan motivasi intrinsik pada murid yang selanjutnya dapat menumbuhkan murid-murid yang bertanggung jawab, mandiri dan merdeka. Penerapan budaya positif di SMP Negeri 3 Jatiyoso membutuhkan peran semua pihak, terutama guru sebagai ujung tombak dalam kegiatan belajar mengajar. Istilah “ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karso, tutwuri handayani harus benar-benar dipahami dan diterapkan guru di kelas dan sekolah. Pada akhirnya , hasil aksi nyata yang ingin diraih dan dilihat adalah murid dan guru menerapkan keyakinan kelas dan budaya postif lain di SMP Negeri 3 Jatiyoso. Karakter murid terbentuk seperti yang tergambar dalam Profil Pelajar Pancasila, yaitu 1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia: 2) Mandiri; 3) Bergotong-royong; 4) Berkebhinekaan global; 5) Bernalar kritis; dan 6) Kreatif. B. TUJUAN Tujuan dalam aksi nyata budaya positif ini adalah sebagai berikut : 1. Budaya positif di sekolah dapat dilaksanakan dengan baik 2. Murid mempunyai karakter seperti dalam Profil Pelajar Pancasila 3. Menguatkan peran guru penggerak dalam membangun budaya positif C. TOLAK UKUR Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan ini sudah dilakukan, tolak ukurnya adalah sebagai berikut : 1. Terbentuk keyakinan atau kesepakatan kelas yang berpihak pada murid 2. Murid bertindak dan bertingkah laku sesuai dengan keyakinan atau kesepakatan kelas 3. Guru menerapkan disiplin positif dan menjadi manajer di kelas 4. Kepala sekolah menerapkan budaya positif di sekolah 5. Terciptanya kolaborasi antar guru, guru dengan kepala sekolah dan guru dengan tenaga kependidikan dalam rangka pencapaian visi sekolah D. LINIMASA KEGIATAN AKSI NYATA BUDAYA POSITIF 1. Sosialisasi rencana aksi nyata budaya positif di sekolah dengan menyampaikan konsep-konsep budaya positif kepada kepala sekolah, rekan guru, karyawan kantor dan murid. 2. Penerapan rencana aksi nyata budaya positif di sekolah dengan melibatkan murid, rekan guru, karyawan dan kepala sekolah. 3. Refleksi dan pelaporan hasil penerapan aksi nyata budaya positif di sekolah. E. DUKUNGAN YANG DIBUTUHKAN 1. Murid Dukungan murid sangat diperlukan karena berhubungan langsung dengan pembentukan karakter murid. Dukungan tersebut berupa motivasi atau kesadaran diri murid dalam berperilaku. 2. Guru Kolaborasi dengan rekan guru sangat diperlukan dalam menerapkan budaya positif. Dukungan tersebut berupa motivasi diri, persamaan persepsi dan contoh berperilaku bagi murid 3. Kepala sekolah Tugas kepala sekolah diantaranya sebagai manajer berkaitan dengan pengelolaan sekolah agar efektif dan efisien. Kolaborasi dengan guru penggerak sebagai bentuk dukungan juga dalam rangka membantu tugas kepala sekolah dalam pengelolaan sekolah. 4. Orang tua Orang tua sebagai peletak dasar Pendidikan dalam keluarga. Perannya dalam pembentukan karakter sangat dibutuhkan diantaranya dalam hal pengawasan kegiatan di luar sekolah. C. HASIL AKSI NYATA Hasil kegiatan aksi nyata selama kurun waktu dua minggu mendapatkan tanggapan yang positif dari murid, guru, karyawan kantor, kepala sekolah dan orangtua. Pemahaman baru akan budaya positif di sekolah sangat menginspirasi setiap warga sekolah untuk berperan aktif dalam penerapan budaya positif di kelas dan sekolah terutama murid dan rekan-rekan guru. Hal tersebut di atas terbukti dengan terbentuknya kesepakatn kelas yang idenya murni muncul dari setiap individu dan kelompok murid, guru sebagai mediator dan fasilitator. Kesepakatan kelaspun mulai diterapkan walau belum secara utuh, karena karakter murid sangat beragam dan tentu saja butuh waktu agar kesepakatan kelas dapat secara utuh diterapkan di kelas dan sekolah. Guru juga sangat responsif, dengan memberikan tanggapan yang sangat baik setelah sosialisasi maupun dalam menerapkan budaya positif pada kegiatan pembelajaran. Disiplin positif jauh dari kata hukuman tapi memunculkan rasa tanggungjawab pada murid. Kata kuncinya adalah kesabaran dan suri tauladan dari rekan guru. D. PEMBELAJARAN YANG DIDAPAT DARI PELAKSANAAN Aksi nyata dalam penerapan budaya positif sudah berjalan selama kurang lebih dua minggu. Tahapan – tahapan satu demi satu sudah dilalui, dari sosialisasi, pembentukan kesepakatan kelas hingga pelaksanaan kesepakatan kelas. Tahapan sosialisasi berjalan dengan baik dan lancar, mendapatkan tanggapan yang baik pula dari bapak kepala sekolah, rekan guru, karyawan kantor dan murid-murid di kelas. Tahapan pembentukan kesepakatan kelas juga berjalan dengan baik. Murid sangat senang saat dilibatkan dalam pembentukan kesepakatan kelas, ide-ide dan kreativitas muncul. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya kesepakatan kelas yang muncul dan penulisan di kertas yang sangat bervariasi bentuk dan modelnya. Pada tahap pelaksanaan budaya positif termasuk di dalamnya pelaksanaan kesepakatan kelas juga sudah berjalan namun belum sepenuhnya dapat dilaksanakan. Masih ada pelanggaran kesepakatan kelas yang dibuat, terutama dalam hal kebersihan kelas dan lingkungan sekolah, ketertiban murid dalam berpakaian. Secara kuantitas pada dasarnya kedisiplinan murid dan guru mulai ada perubahan, masuk tepat waktu, kebersihan lingkungan kelas dan sekolah, tertib dalam berpakaian, kegiatan belajar mengajar semakin menyenangkan. Secara kualitas masih harus ditingkatkan. E. RENCANA PERBAIKAN UNTUK PELAKSANAAN DI MASA YANG AKAN DATANG Budaya positif yang mulai terbentuk harus dilaksanakan Bersama-sama secara konsisten dan terus-menerus. Saling mengingatkan, memberikan contoh yang baik bagi rekan guru dan murid menjadi suatu hal yang mutlak harus dilakukan. Perbuatan lebih dikedepankan daripada perkataan, dengan kata lain aksi nyata harus lebih diutamakan daripada kata-kata baik yang terucap maupun tertulis (kertas kesepakatan kelas). Kesepakatan kelas (keyakinan kelas) menjadi budaya positif yang nantinya akan membentuk karakteristik murid yang lebih baik. Kolaborasi dengan pihak luar dalam hal ini orang tua dan komite akan terus ditingkatkan. Semua pihak nantinya bisa tergerak, bergerak dan menggerakkan, sehingga budaya positif semakin kuat terbentuk dan terlaksana. F. DOKUMENTASI TINDAKAN AKSI NYATA MODUL 1.4 1. Konsultasi dengan kepala sekolah
2. Sosialisasi Budaya Positif
3. Membuat kesepakatan kelas
4. Foto keyakinan kelas
5. Implementasi keyakinan kelas yang sudah dilakukan
Budaya Antri Cek Suhu Tubuh
Membersihkan Kelas Sebelum KBM
Membersihkan Lingkungan Kelas
(salam, senyum, sapa)
Mengikuti Pelajaran dengan Baik dan Tetap Memakai Masker